Friday, November 21, 2008

Abdul Rahim Kajai

Riwayat Hidup
AAbdul Rahim Haji Salim dilahirkan pada tahun 1894 di Selangor, Malaysia. Melalui karya-karyanya, ia lebih dikenal Abdul Rahim Kajai. Kajai adalah nama sebuah kampung di daerah Minangkabau, Sumatera Barat, Indonesia, tempat kelahiran kedua orangtuanya. Ayahnya, Salim, juga menggunakan nama kampung tersebut di belakang namanya, sehingga akrab dipanggil Salim Kajai. Ayah Abdul Rahim Kajai berasal dari keluarga yang alim dan kaya.
Semasa kecil, Abdul Rahim Kajai telah mendapat pendidikan agama Islam dari ibu dan neneknya yang sangat taat beragama. Pada tahun 1900, ia belajar di Sekolah Melayu Setapak, Kuala Lumpur. Setelah lulus kelas 5 (1905), ia berkeinginan melanjutkan pendidikan di Sekolah Inggris, namun tidak direstui kedua orang tuanya. Padahal sebenarnya, ia adalah murid yang cerdas, terbukti setelah ia tidak mendapat kesempatan belajar di Sekolah Inggris, ia mampu belajar bahasa Inggris secara autodidak. Tahun 1906, ia kemudian dikirim orang tuanya ke Mekkah belajar agama dan bahasa Arab selama tiga tahun.
Setelah menempuh pendidikan selama tiga tahun di Mekkah, tahun 1909 Abdul Rahim Kajai kembali ke Kuala Lumpur bekerja sebagai penjilid dan kemudian menjadi penyusun huruf Melayu di Departemen Cap Kerajaan di Kuala Lumpur selama tiga tahun setengah. Pada tahun 1912-1913, ia ke Singapura bekerja sebagai penerjemah bahasa Inggris di perusahaan Malaya Publishing House. Pada tahun 1913, ia kembali lagi ke Kuala Lumpur menjadi guru lukis di sebuah lembaga arsitektur bangunan. Pada tahun itu juga (1913), ayahnya, meninggal dunia, sehingga ia terpaksa berhenti bekerja. Kemudian ia berangkat ke Mekkah untuk menjaga adik perempuannya, Maryam, dan meneruskan pekerjaan ayahnya sebagai amirul hajj di Mekkah. Tahun 1917, dalam usia 23 tahun, ia kembali ke Tanah Melayu (Malaysia), meskipun belum memiliki pekerjaan tetap.
Pada usia 26 tahun (1920), Abdul Rahim Kajai mulai tertarik pada bidang jurnalistik. Kemudian ia belajar ilmu jurnalistik, khususnya kewartawanan pada Mohd. Yunus Abd. Hamid dan Syekh Sayyid Ahmad Al-Hadi. Setelah itu, ia telah menyumbangkan beberapa tulisan yang berkaitan dengan persoalan sosial kemasyarakatan, agama dan berita di media Utusan Melayu dan Lembaga Melayu. Pada tahun 1920, ia berangkat ke Mekkah untuk urusan perdagangan. Disamping itu, juga bertugas amirul hajj dan wartawan dari surat kabar mingguan Edaran Zaman untuk meliput berita di Mekkah. Selama kurang lebih tiga tahun di Mekkah, ia telah menyumbangkan berita-berita menarik untuk surat kabar tersebut. Pada tahun 1928, ia terpaksa kembali ke Tanah Melayu karena ibunya meninggal dunia di SetapaKPada tahun 1930, Abdul Rahim Kajai bekerja sebagai pembantu penulis pada surat kabar Saudara yang dipimpin Syekh Sayyid Al-Hadi. Setelah itu, ia menjadi penulis di surat kabar Majlis yang diterbitkan tahun 1931 di Kuala Lumpur. Pada tahun 1935, ia menjadi koresponden surat kabar Warta Malaya di Kuala Lumpur, kemudian ia diangkat menjadi penulis tahun 1936. Surat kabar tersebut diterbitkan di Singapura di bawah pimpinan Sayyid Hussin bin Al-Sagaf. Pada waktu itu, Abdul Rahim Kajai merupakan satu-satunya wartawan yang menerima gaji paling tinggi di antara teman-temannya. Setelah itu, ia diberi amanat menulis cerita dan humor pada dua majalah yang telah diterbitkan Sayyid Hussin yaitu Warta Ahad dan Warta Jenaka di Singapura. Dengan demikian, ia terpaksa pindah dan menetap di Singapura selama empat tahun setengah. Pada tahun 1941, ia meninggalkan Singapura kembali ke Kuala Lumpur. Bersama Haji Othman Abdullah dan Haji Dahlan, ia menerbitkan surat kabar Perubahan Baharu atas anjuran Jepang. Pada tahun 1943, ia juga diminta Jepang bekerja sebagai penulis di surat kabar Berita Malaya.
Disamping beraktifitas sebagai wartawan, Abdul Rahim Kajai juga aktif dalam berbagai organisasi sosial kemasyarakatan. Ketika masih sebagai koresponden Warta Malaya, ia dilantik menjadi anggota kehormatan pada Persidangan Melayu Setapak yang diketuai Muhamad Zakariah. Selain itu, ia juga pernah diangkat menjadi pengurus Masjid Setapak.
Selama 13 tahun menjadi wartawan, Abdul Rahim Kajai telah berjasa pada 6 buah surat kabar Melayu yaitu Saudara, Majlis, Warta Malaya, Utusan Melayu, Perubahan Baharu, dan Berita Melaya. Selain itu, ia juga pernah menjadi guru bagi beberapa wartawan ketika bekerja di surat kabar Majlis dan Warta Malaya, di antaranya Ramle Hj. Tahir, A. Samad Ahmad, Ibrahim Hj. Yaakub (di Majlis), dan Zainal Abidin bin. Hj. Ahmad, Mohd. Dahlan Mas’ud, Sayyid Abdullah Abd. Hamid, Ishak Hj. Muhammad (di Warta Malaya). Di kalangan sastarawan, Abdul Rahim Kajai dikenal sebagai Bapak Wartawan dan Sastrawan Melayu Malaysia. Ia telah mempelopori dunia jurnalistik (di bidang kewartawanan) dan kesusastraan (di bidang cerpen) di Malaysia sejak awal tahun 1930.
Abdul Rahim Kajai meninggal dunia pada tahun 1943, dalam usia 49 tahun, setelah menderita sakit selama lima bulan.
2. Pemikiran
Sebagai Bapak Wartawan dan Sastrawan Melayu, Abdul Rahim Kajai memiliki cara dan gaya tersendiri dalam membuat suatu tulisan, sehingga karya-karyanya banyak diminati pembaca. Pada umumnya, ia banyak membahas persoalan-persoalan yang terjadi di Tanah Melayu, khususnya di Malaysia. Melalui karya-karya tersebut, ia mencoba untuk melakukan pembelaan-pembelaan dan kritikan-kritikan untuk kepentingan bangsa Melayu. Pembelaan dilakukan dengan menumbuhkan kesadaran masyarakat Melayu, sendangkan kritikan-kritikannya ditujukan kepada kebijakan-kebijakan kerajaan Inggris yang diterapkan di Tanah Melayu.
Abdul Rahim Kajai adalah wartawan Melayu yang memiliki teknik penulisan yang baik. Di zamannya, karya-karyanya mampu menyesuaikan diri dan menumbuhkan minat pembaca, terutama dalam penulisan cerita. Kejujuran dan keberaniannya menggunakan bahasa, sehingga maksud dari isi cerita mudah dipahami pembaca. Untuk membuat tulisannya lebih menarik, ia kerapkali mencantumkan ungkapan-ungkapan peribahasa Ciri khas lain yang dimiliki Abdul Rahim Kajai adalah ia dikenal sebagai kritikus yang baik. Ketika ia mengkritik sesuatu, kritikan-kritikan yang dilontarkan memiliki dasar yang kuat, tidak terburu-buru dan membabi buta. Untuk menghindari kesalahaman di kalangan pembaca, ia kemudian menjelaskan maksud kritikannya dengan bahasa yang mudah dipahami.
Sebagai sastrawan, Abdul Rahim Kajai adalah cerpenis yang sangat tekun dan produktif. Ia terus menulis cerpen tanpa membuat persiapan terlebih dahulu. Selama hidupnya, ia telah menghasilkan 57 cerpen yang dimuat dalam surat kabar dan majalah yang dipimpinnya, di antaranya dalam Warta Jenaka terdiri dari 43 buah cerpen, Warta Malaya 2 buah, Utusan Zaman 8 buah, dan dalam majalah Mastika 4 buah cerpen. Cerpen-cerpennya ini telah memberikan jasa yang sangat besar kepada pengkaji-pengkaji dan peminat-peminat sastra untuk memahami sejarah dan masyarakat Melayu di Malaysia sejak tahun 1930-an.
3. Karya-karya
Sebagai jurnalis dan sastrawan, Abdul Rahim Kajai telah melahirkan banyak karya, di antaranya:
1. Jinjang Penghidupan, surat kabar Suadara, Kuala Lumpur, 1930.
2. Pelajaran Inggris di Sekolah Melayu, surat kabar Suadara, Kuala Lumpur, 1931.
3. Rintisan Pikiran Atas Perjalanan Pelajaran Anak-anak Melayu di Sekolah Melayu, surat kabar Suadara, Kuala Lumpur, 1931. Orang-orang Melayu dengan Tanah Air Watan Datuk Nenek Moyangnya, surat kabar Suadara, Kuala Lumpur, 1931.
4. Perhimpunan Besar Kongres Melayu, surat kabar Suadara, Kuala Lumpur, 1931.
5. Pemandangan di Atas Kemunduran Melayu, surat kabar Suadara, Kuala Lumpur, 1930.
6. Seruan Kita kepada Anak-anak Melayu: Hendaklah Sabar, Tekun, Setia dan Amanah Lain-lain Lagi Wajib Memandang Lebih Jauh, dalam kolom surat kabar Majlis, Kuala Lumpur, 1932.
7. Benih Pecah Belah Subur, Melayu Dagang, Dicemburui, Peluang Bangsa Melayu Semakin Terbuak, dalam kolom surat kabar Majlis, Kuala Lumpur, 1932.
8. Orang Melayu Jangan Membuang Baka, Persekutuan Melayu Am Wajib Diadakan, dalam kolom surat kabar Majlis, Kuala Lumpur, 1932.
9. Mari Bersatu, dalam kolom surat kabar Majlis, Kuala Lumpur, 1933.
10. Bahasa Melayu Tidak Berharga, dalam kolom surat kabar Majlis, Kuala Lumpur, 1932.
11. Anak Melayu Dengan Pelajaran Inggris, dalam kolom surat kabar Majlis, Kuala Lumpur, 1932.
12. Urusan Agama Mesti Diratakan Lagi, dalam kolom surat kabar Majlis, Kuala Lumpur, 1932.
13. Belia-belia Melayu yang Berpelajaran, dalam kolom surat kabar Warta Malaya, Singapura, 1936.
14. Peraturan Melayu Pahang, dalam kolom surat kabar Warta Malaya, Singapura, 1938.
15. Takrib Bahasa Melayu, dalam kolom surat kabar Warta Malaya, Singapura, 1938.
16. Cina Bersungguh-sungguh Negeri-negeri Demokrat Berteguh, dalam kolom surat kabar Warta Malaya, Singapura, 1939.
17. Perubahan Baru bagi Dunia Arab, dalam kolom surat kabar Warta Malaya, Singapura, 1939.
18. Matahari Takrif Melayu, dalam kolom surat kabar Utusan Melayu, Kuala Lumpur, 1940.
19. Siapa Yang Berkata Melayu Malas, dalam kolom surat kabar Utusan Melayu, Kuala Lumpur, 1940.
20. Bahasa Melayu, dalam kolom surat kabar Utusan Melayu, Kuala Lumpur, 1939.
21. Cemburulah Kepada Derma Pelajaran, dalam kolom surat kabar Utusan Melayu, Kuala Lumpur, 1940.
22. Awang Budiman (cerpen), dalam ruang Cerita Kita majalah Warta Jenaka, Singapura, 1936.
23. Dan lain-lain.
4. Penghargaan
Atas karya dan jasa-jasanya pada dunia jurnalistik dan sastra, Abdul Rahim Kajai mendapat gelar sebagai Bapak Wartawan dan Sastrawan Melayu Malaysia.
ARTIKEL INI TANPA SEBARANG PENGUBAHSUAIAN BAGI MENJAGA KEASLIAN ARTIKEL DAN MENGURANGKAN BUDAYA PLAGIAT.
Sumber:
www.wikipedia.org